Birthdays will always be special to me.
Dulu mungkin aku selalu bilang; oh I stopped celebrating birthdays since I was 20 because shit happened during my birthday that year. Tapi sebenarnya aku tahu bahwa aku selalu senang dan semangat menyambut perayaan ulang tahunku di tanggal 25 Juli.
Aku menganggap ulang tahun adalah saat kita menjadi baru lagi. Kalau semua orang kebanyakan nulis resolusi pas tahun baru, aku lebih senang nulis resolusi per-ulang tahunku. Just like any other year, I always wrote thoughts on my mind before, during or short-after my birthday. Biasanya dimulai dari merefleksikan apa yang terjadi di suatu usia, dan lalu menuliskan impian dan harapan untuk tahun setelahnya.
Ok. Lets do this.
Tahun lalu aku merayakan ulang tahun dengan sangat gembira dan penuh cinta. I got a lot of presents. I got to spend days with my boyfriend before, during and after my birthday. We actually had a very memorable week that time. I felt so happy and super spoiled. Pada hari ulangtahunku tahun lalu, juga merupakan pertama kalinya doi ketemu keluargaku. It was so special and so nice to see them getting along.
Selama setengah tahun setelahnya, aku sibuk skripsi. Aku seminar proposal, penelitian, dan sidang akhir di semester yang sama. Bener-bener ngebut, kayak lagi marathon. Aku hampir bimbingan setiap hari kalau memungkinkan. Selalu sibuk dengan laptop di kamar, coffeeshop, perpustakaan dan nggak jarang di ruang tunggu bioskop. Pokoknya yang ada di otakku waktu itu cuma; aku harus lulus, aku harus sidang sebelum 2019 berakhir, dan aku harus lulus cumlaude. And I did it! Aku sidang tanggal 19 December dengan nilai skripsi A dan lulus Cumlaude. I was so happy that I tackled my own challenge. It was full of tears, hard work and sleepless nights to get that thesis done in less than 6 months.
Lalu aku wisuda di akhir Februari tepatnya di tanggal 29. Senang dan haru banget karena akhirnya lulus! Tapi poin plusnya adalah, I got to celebrate my graduation with my boyfriend! Kita memang berjuang skripsi bareng--bahkan dari awal pdkt, kita nantang diri kita masing-masing untuk lulus bareng. Dan ternyata tantangan itu berhasil dicapai. Kita lulus bareng dengan gelar Cumlaude, duduk di auditiorium pake toga bareng dan bahkan duduk sebelahan sebelum salaman sama rektor. It was magical to me. Rasanya seneng banget bisa mencapai sebuah pencapaian bareng seseorang yang kita sayang, apalagi ketika kita berjuang untuk mendapatkan itu bareng-bareng. Gosh, I am so proud of us! Rasanya luar biasa sih jujur aja nih ye.
But then... he has to go back to Jakarta. Kuakui dia memang hebat banget karena udah dapet kerjaan tetap jauh sebelum kami lulus. Bangga banget karena dia bisa berprestasi dan lulus tepat waktu dengan jadwal kerjaan dia yang super padat. Sedangkan aku... aku belum dapet pekerjaan tetap waktu itu. Jadi, aku kembali ke rumah orangtuaku di Cilacap untuk sementara waktu sampai kami bisa ketemu lagi di Jakarta saat aku udah mendapatkan pekerjaan tetap nanti.
Rencanaku hanya menetap satu bulan di kota tempat aku dilahirkan. Selama itu, aku kerja freelance dan dikontrak sama Google Indonesia! Jujur nggak nyangka banget bisa kerja untuk Google. It was a 6-month contract with Google for Bangkit Academy Program. Sambil kerja sebagai freelancer, aku tetap mencari pekerjaan full-time seperti biasa, dengan harapan bisa cepat pindah ke Jakarta di akhir bulan Maret.
Tapi, semua nggak berjalan semulus itu.
Corona Virus aka Covid-19 invades the world. Si virus terlambat nyampe Indonesia di bulan Maret 2020. All of my plans seemed to just... disappear. Lock-down. Quarantine. Not going anywhere. Not be able to go outside. Not be able to see everyone outside my house. Not moving to another city. Not doing things I want. Too risky to do normal things we used to do.
Ekonomi mulai melemah. Kecemasan menyebar dimana-mana. Banyak yang kena PHK. Kasus positif makin hari makin meningkat. Banyak perusahaan nggak buka lowongan. Usaha masyarakat nggak beroperasi. Dan semua jadi kayak nggak ada harapan lagi. It was a very stressful time for me because things are going not in the way I wanted it to be. Tapi aku masih berusaha untuk daftar sana-sini, melamar di semua portal job, berharap bisa dapat panggilan.
Aku jadi pemarah banget. Serba emosional. Sering nangis. Khawatir berlebih sampai harus minum obat penenang beberapa kali. Hubunganku dan pacarku tidak berjalan begitu baik. Ditambah lagi, aku belum dapat pekerjaan yang bisa membuatku pindah ke Jakarta. Kangen dan berharap setiap hari aku bisa melihat dia. Aku ditolak oleh perusahaan impianku. Bahkan juga ditolak oleh 2 perusahaan yang kudambakan di hari yang sama. Haduh, hancur banget sih rasanya. Aku nggak berhenti menyalahkan keadaan. Nggak berhenti nyalahin diri sendiri juga, kenapa aku nggak dari habis sidang cari kerjanya dan malah santai aja sampai wisuda dengan dalih istirahat? Aku selalu denial kalo semua ini terjadi, dan berpikir bahwa ini hanya mimpi buruk berkepanjangan.
Tapi ini bukan mimpi buruk, ini kenyataan yang harus dijalani. It came to my realization that I cannot control this. I cannot control the world. I cannot control what revolves around me. But I can control how I react to it. So then... I began to accept everything, to find peace within myself, and to always try my best on things that I can control. It changes me since then. I became less-stressful and slightly happier. I burried myself in workouts, books and Netflix.
And then by the end of June, right after my contract with Google has ended, I got an offer to work on a technology company based in Jakarta. It's not a full time employment. I'm still considered as an intern. I have no idea if they will take me as a full-time worker later on though. And nope--I haven't moved until now, I am still working from home and have no clue when will I actually move there. But I know I will. I am moving there as fast as I could imagined. I am still applying jobs here and there also!
Yaudah, jadi itu summary buat umur 22-nya. Hahaha.
This year, I celebrated my birthday with my Mom. Just the two of us.
She gave me a birthday cake and donuts! We ate noodles twice that day for a long life. And then I had a video call with my bestfriends at night. It was simple. But I still like it. It's still meaningful. It's still special.
Harapanku di usia 23 tahun?
1. Get a proper, full-time job and move to Jakarta before September ends
2. GREAT SALARY PLZ THANK U
3. Stronger and braver
4. Be a healthier me, both mind and body
5. Continue my weightloss journey and achieved my goal-weight (I've lost 9 kgs during Quarantine!)
6. Send my Mom and my sister's pocket money every month
7. Read more self-improvement books
8. More meditation and self-reflecting time on my journal
9. Be able to help others with what I have
10. Please just let me have a getaway or a holiday to somewhere beautiful (I! Fucking! Deserve! It!)
Udah gitu aja.
Pengen bisa jadi versi terbaik dari diri sendiri dan bisa berbagi sama orang lain. Pengen supaya hidup ini bisa bermakna dan berguna untuk orang lain dan orang-orang di sekitarku.
Aku percaya bakal terwujud sih.
Impian yang ditulis punya 42% kesempatan bisa terkabul lebih cepat loh, FYI aja.
Jadi mari kita aminkan.
Ada amin saudara-saudara?
Amin.
The Life of Brigita Shela
Because I'm just a girl caught up in dreams and fantasies. And we are just a speck of dust within the galaxy. Welcome to my projects, my writings, and basically; welcome to my life-journal! :)
Sabtu, 01 Agustus 2020
Rabu, 11 Desember 2019
20 Days Before 2020
To think that it's nearly the end of a decade got me chills.
2019 was one of the best years of my life. Been living in this world for the past 22 years, and I can totally say that 2019 was a great year.
I met my current boyfriend last year, but our relationship became official earlier this year. Well... what to say about him? He is great. He listens. He understands my intention and trying not to get annoyed whenever he hears my pointless day to day drama. He's very charming. He cares a lot. He might look cold from the outside, but inside, he's totally an open fire. I am the happiest whenever he's around. In other words; he is not always around because we live 500 kilometers away. It is hard for me. We got chance to meet once a month, and it was always not enough. I wish that we will soon living in the same city because personally the LDR thing is not for me. I didn't know why I said yes to him in the first place; I guess I just knew it. I knew that I will completely fall for him, and not giving a single care about the distance between us.
It is also nearly the end of my uni life. Yes, it's been 4 years since I became a communication student. I am (finally) going to have my thesis defense next week, which is kinda terrifying. The thoughts about what's going on after the defense makes me scared the most. Of course I have my own plans; going to Jakarta, get a job, living in a nice flat would be great, hopefully saving money and help my parents funding my little sister's tuition.
But I am also going to another phase in life. I am going to move to another city, adjusting with the new environment, starting it all over again. My parents will not support me financially, I have to stand on my own. Suddenly the thoughts about all of them are scary as heck.
I'm always open to changes and challenges. Challenge excites me. Change makes me thrilled. And now they're right there, just a couple steps in front of me, patiently waiting for me to catch them.
To wrap this up, I would say that I am grateful for my 2019.
I got a chance to achieve my dreams, to finally went to Europe. I got a chance to feel loved. I got a chance to know myself better as a person. I got to know my feelings towards my family; in a bad and in a good way. I got a chance to finish my thesis. And I got a chance to be happy, over the smallest and simplest things that happened this year.
I will update you about my Europe trip later after I finish my thesis defense, and I will also share my experience in an international students conference called ISWI this year.
Here's to a whole new decade, new dreams and ambitions, also a new great things to achieve!
2019 was one of the best years of my life. Been living in this world for the past 22 years, and I can totally say that 2019 was a great year.
I met my current boyfriend last year, but our relationship became official earlier this year. Well... what to say about him? He is great. He listens. He understands my intention and trying not to get annoyed whenever he hears my pointless day to day drama. He's very charming. He cares a lot. He might look cold from the outside, but inside, he's totally an open fire. I am the happiest whenever he's around. In other words; he is not always around because we live 500 kilometers away. It is hard for me. We got chance to meet once a month, and it was always not enough. I wish that we will soon living in the same city because personally the LDR thing is not for me. I didn't know why I said yes to him in the first place; I guess I just knew it. I knew that I will completely fall for him, and not giving a single care about the distance between us.
It is also nearly the end of my uni life. Yes, it's been 4 years since I became a communication student. I am (finally) going to have my thesis defense next week, which is kinda terrifying. The thoughts about what's going on after the defense makes me scared the most. Of course I have my own plans; going to Jakarta, get a job, living in a nice flat would be great, hopefully saving money and help my parents funding my little sister's tuition.
But I am also going to another phase in life. I am going to move to another city, adjusting with the new environment, starting it all over again. My parents will not support me financially, I have to stand on my own. Suddenly the thoughts about all of them are scary as heck.
I'm always open to changes and challenges. Challenge excites me. Change makes me thrilled. And now they're right there, just a couple steps in front of me, patiently waiting for me to catch them.
To wrap this up, I would say that I am grateful for my 2019.
I got a chance to achieve my dreams, to finally went to Europe. I got a chance to feel loved. I got a chance to know myself better as a person. I got to know my feelings towards my family; in a bad and in a good way. I got a chance to finish my thesis. And I got a chance to be happy, over the smallest and simplest things that happened this year.
I will update you about my Europe trip later after I finish my thesis defense, and I will also share my experience in an international students conference called ISWI this year.
Here's to a whole new decade, new dreams and ambitions, also a new great things to achieve!
Jumat, 26 Juli 2019
A Day After 22
This has been such a long time since I wrote here.
To be honest, I only write once a year, usually a day before my birthday. But unfortunately today is no longer my birthday, it is already a day after my birthday. And guess what? Ya girl is finally 22!
Yee-ha~
Geez, so many things to share, so many things to write so I can memorize everything in a digital way. Hahahaha. But well.... this year has been such a rollercoaster to me, yet my 21 year old life was a total blessing. Hal baik dan hal yang kurang baik satu per satu menghampiri. Hal yang tadinya nggak kebayang bisa terjadi kayak percikan api.
Mulai dari awal usia 21 yang lumayan sibuk karena harus mulai magang sekaligus pegang kendali sebagai ketua himpunan, belum lagi tuntutan skripsi yang diikuti bersamaan. Tapi semua berjalan dengan baik; magang selesai dan pada akhirnya aku juga menyelesaikan tugasku sebagai ketua himpunan mahasiswa ilmu komunikasi setelah dua tahun mengabdi. No more Shela yang supersibuk rapat setiap malem, atau Shela yang selalu share setiap event yang diselenggarakan himpunan.
Lepas dari himpunan dan merasa superlega sekaligus superselo, aku berusaha menikmati setiap waktu tidur siang dan hangout sama temen-temen yang jaraaang banget dilakukan selagi masih menjabat. It feels so good to finally feel like a normal student.
But that doesn't mean that I quit being the ambitious girl with a lot of goals to achieve.
Tahun lalu aku menuliskan cukup banyak goals yang harus dicapai di usia 21. Salah satunya adalah to go abroad twice. And guess what? It freaking happened. I went abroad twice, in 4 different countries.
Yang pertama adalah ke Malaysia (walaupun udah pernah sih sebelumnya waktu tahun 2014), tapi yang kali ini bukan untuk students exchange, melainkan untuk lomba. It was my first international competition ever. It was a public speaking competition called IMPACT in Universiti Sains Malaysia. Pengalamannya bener-bener priceless karena disitu aku dikasih kesempatan untuk bertanding sama orang-orang hebat dari ASEAN. Walaupun nggak juara, it was definitely something that I will remember for the rest of my life, karena lombanya lebih mirip kayak pemilihan Miss Universe daripada lomba public speaking, hahahaha.
Yang kedua adalah kesempatan untuk pergi ke Eropa, one of my biggest dreams and biggest goals. Aku pergi ke Eropa, tepatnya ke Jerman untuk ikut konferensi mahasiswa internasional yang dinamakan ISWI (International Student Week in Ilmenau) selama kurang lebih tiga minggu, di kota Ilmenau, Jerman. Pengalaman lengkapnya bakal aku tulis di next blog, dan nanti juga bakal trip report ku ke 3 negara di Eropa (Jerman, Belanda, Belgia). Ahhh, it was definitely a wonderful time. Aku akhirnya menginjakkan kaki di Eropa! 21 tahun bermimpi untuk bisa pergi ke Jerman, dan akhirnya dikasih sama Tuhan untuk merasakan pengalaman luar biasa ini. Nggak hanya ke Jerman aja, tapi Tuhan juga mengijinkan aku untuk pergi ke Belanda dan Belgia. Perjalananku ke Eropa ini bisa jadi adalah highlight penting di usiaku yang ke 21 tahun. Semuanya bener-bener kayak mimpi. Seorang Brigita Shela bisa pergi ke Eropa selama hampir sebulan untuk ikut konferensi internasional? Asli deh ya, aku aja nggak pernah kebayang sama sekali sebelumnya. Waktu dapat email lolos seleksi pun, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa ini bukan mimpi. Iya, se-kepengen itu aku pergi ke Eropa gratis untuk ikut kegiatan mahasiswa internasional.
Tapi selain itu, ada juga highlight yang nggak kalah penting. Jengjenggg.
I finally find someone who actually understands me and accept me even though I'm annoying as heck. And it feels good to finally have someone who actually cares and understand everything thats going on in my head. He has an important role as a supporter, mental health care-taker, and a person to go to everytime I feel like I was just got hit by a truck. So, thanks to you... for being so patient and kind, and for all the efforts and love you give me everyday :)
Di usia 21 tahun ini aku juga sempet belajar bahasa baru! Yay, another goals checked. I learned Korean for a half year and it was so good to finally understand something in a different language than Indo and English :p
And now I am 22.
Jadi gini ya rasanya jadi 22 tahun? Jadi ini yang dimaksud Taylor Swift pas nulis lagu 22? Lol, nggak deng. Baru juga ngerasain umur 22 tahun selama satu hari.
Banyak banget hal yang gak kebayang di tahun lalu yang akhirnya bisa tercapai di tahun ini. Pencapaian yang kuraih dengan berdarah-darah dan penuh air mata banyak terjadi di tahun ini. And it finally safe to say that hard work... finally pays off.
Tahun lalu aku menghabiskan ulang tahunku dengan being miserable and lonely after KKN, tapi tahun ini aku diberi kesempatan untuk merasakan a whole birthday week bersama orang yang tahun lalu bahkan nggak pernah terpikir bakal ngucapin selamat ulang tahun ke aku.
Kadang hidup emang semengejutkan dan selucu itu.
Dan kalo boleh minta... aku cuma pengen bahagia terus di usia ini (walaupun nggak mungkin ya haduhhhh), karena being stressed is just too much to take and so tiring...
Goalsku di usia 22 ini cukup simpel; aku harus lulus cumlaude, dapat pekerjaan dan perusahaan yang aku cita-citakan sejak dulu, dan kembali pergi ke luar negeri dengan uangku sendiri. Sounds so simple but in reality it needs a lot of efforts to do. Hiyahiyahiya.
Tapi pada intinya...
I want to feel alive. I want to try new things. I want to be kinder. I want to be the best version of myself.
I will embrace my imperfections while being grateful for what I have.
I will try my best not to be scared of making mistakes... and enjoy being as carefree as a 22 year old girl will ever be.
To be honest, I only write once a year, usually a day before my birthday. But unfortunately today is no longer my birthday, it is already a day after my birthday. And guess what? Ya girl is finally 22!
Yee-ha~
Geez, so many things to share, so many things to write so I can memorize everything in a digital way. Hahahaha. But well.... this year has been such a rollercoaster to me, yet my 21 year old life was a total blessing. Hal baik dan hal yang kurang baik satu per satu menghampiri. Hal yang tadinya nggak kebayang bisa terjadi kayak percikan api.
Mulai dari awal usia 21 yang lumayan sibuk karena harus mulai magang sekaligus pegang kendali sebagai ketua himpunan, belum lagi tuntutan skripsi yang diikuti bersamaan. Tapi semua berjalan dengan baik; magang selesai dan pada akhirnya aku juga menyelesaikan tugasku sebagai ketua himpunan mahasiswa ilmu komunikasi setelah dua tahun mengabdi. No more Shela yang supersibuk rapat setiap malem, atau Shela yang selalu share setiap event yang diselenggarakan himpunan.
Lepas dari himpunan dan merasa superlega sekaligus superselo, aku berusaha menikmati setiap waktu tidur siang dan hangout sama temen-temen yang jaraaang banget dilakukan selagi masih menjabat. It feels so good to finally feel like a normal student.
But that doesn't mean that I quit being the ambitious girl with a lot of goals to achieve.
Tahun lalu aku menuliskan cukup banyak goals yang harus dicapai di usia 21. Salah satunya adalah to go abroad twice. And guess what? It freaking happened. I went abroad twice, in 4 different countries.
Yang pertama adalah ke Malaysia (walaupun udah pernah sih sebelumnya waktu tahun 2014), tapi yang kali ini bukan untuk students exchange, melainkan untuk lomba. It was my first international competition ever. It was a public speaking competition called IMPACT in Universiti Sains Malaysia. Pengalamannya bener-bener priceless karena disitu aku dikasih kesempatan untuk bertanding sama orang-orang hebat dari ASEAN. Walaupun nggak juara, it was definitely something that I will remember for the rest of my life, karena lombanya lebih mirip kayak pemilihan Miss Universe daripada lomba public speaking, hahahaha.
Yang kedua adalah kesempatan untuk pergi ke Eropa, one of my biggest dreams and biggest goals. Aku pergi ke Eropa, tepatnya ke Jerman untuk ikut konferensi mahasiswa internasional yang dinamakan ISWI (International Student Week in Ilmenau) selama kurang lebih tiga minggu, di kota Ilmenau, Jerman. Pengalaman lengkapnya bakal aku tulis di next blog, dan nanti juga bakal trip report ku ke 3 negara di Eropa (Jerman, Belanda, Belgia). Ahhh, it was definitely a wonderful time. Aku akhirnya menginjakkan kaki di Eropa! 21 tahun bermimpi untuk bisa pergi ke Jerman, dan akhirnya dikasih sama Tuhan untuk merasakan pengalaman luar biasa ini. Nggak hanya ke Jerman aja, tapi Tuhan juga mengijinkan aku untuk pergi ke Belanda dan Belgia. Perjalananku ke Eropa ini bisa jadi adalah highlight penting di usiaku yang ke 21 tahun. Semuanya bener-bener kayak mimpi. Seorang Brigita Shela bisa pergi ke Eropa selama hampir sebulan untuk ikut konferensi internasional? Asli deh ya, aku aja nggak pernah kebayang sama sekali sebelumnya. Waktu dapat email lolos seleksi pun, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa ini bukan mimpi. Iya, se-kepengen itu aku pergi ke Eropa gratis untuk ikut kegiatan mahasiswa internasional.
Tapi selain itu, ada juga highlight yang nggak kalah penting. Jengjenggg.
I finally find someone who actually understands me and accept me even though I'm annoying as heck. And it feels good to finally have someone who actually cares and understand everything thats going on in my head. He has an important role as a supporter, mental health care-taker, and a person to go to everytime I feel like I was just got hit by a truck. So, thanks to you... for being so patient and kind, and for all the efforts and love you give me everyday :)
Di usia 21 tahun ini aku juga sempet belajar bahasa baru! Yay, another goals checked. I learned Korean for a half year and it was so good to finally understand something in a different language than Indo and English :p
And now I am 22.
Jadi gini ya rasanya jadi 22 tahun? Jadi ini yang dimaksud Taylor Swift pas nulis lagu 22? Lol, nggak deng. Baru juga ngerasain umur 22 tahun selama satu hari.
Banyak banget hal yang gak kebayang di tahun lalu yang akhirnya bisa tercapai di tahun ini. Pencapaian yang kuraih dengan berdarah-darah dan penuh air mata banyak terjadi di tahun ini. And it finally safe to say that hard work... finally pays off.
Tahun lalu aku menghabiskan ulang tahunku dengan being miserable and lonely after KKN, tapi tahun ini aku diberi kesempatan untuk merasakan a whole birthday week bersama orang yang tahun lalu bahkan nggak pernah terpikir bakal ngucapin selamat ulang tahun ke aku.
Kadang hidup emang semengejutkan dan selucu itu.
Dan kalo boleh minta... aku cuma pengen bahagia terus di usia ini (walaupun nggak mungkin ya haduhhhh), karena being stressed is just too much to take and so tiring...
Goalsku di usia 22 ini cukup simpel; aku harus lulus cumlaude, dapat pekerjaan dan perusahaan yang aku cita-citakan sejak dulu, dan kembali pergi ke luar negeri dengan uangku sendiri. Sounds so simple but in reality it needs a lot of efforts to do. Hiyahiyahiya.
Tapi pada intinya...
I want to feel alive. I want to try new things. I want to be kinder. I want to be the best version of myself.
I will embrace my imperfections while being grateful for what I have.
I will try my best not to be scared of making mistakes... and enjoy being as carefree as a 22 year old girl will ever be.
Selasa, 24 Juli 2018
A Day Before 21
Selasa, 24 Juli 2018
Setelah sekian lama nggak
update di blog, akhirnya aku berhasil update lagi. Yay!
Seperti biasa, seperti tahun-tahun
sebelumnya, aku selalu mengusahakan untuk nggak absen menuliskan
apa yang aku pikirkan satu hari sebelum aku berulangtahun. It's a tradition for
my own self, semoga tradisi ini akan terus berlanjut sampe
seterus-terusnya.
Well... what to begin with?
Hahaha, sampe bingung. Yang jelas, aku baru aja menyelesaikan KKN-ku selama
sebulan. Entri tentang jurnalku selama 30 hari di pedalaman Gunung Kidul ada di
bawah entri ini persis; feel free to read it!
Today is 24th of July, hari
terakhir aku berusia 20 tahun, karena besok di belakang angka duanya udah
ditambah angka satu. Well for me, 20 tahun adalah usia yang sangat sangat
membuatku mulai menyadari siapa diriku sebenarnya. Masih a long way to go to
recognize who I am sih sebenarnya, but there will always time to begin with,
right?
Anyway, 20 tahun adalah usia
yang buat aku mulai menghargai apa yang ada di sekitarku. Apa yang aku punya,
apa yang aku capai, dan apa yang membuatku terus jadi orang yang selalu fokus
dan determined. Walaupun hampir tiap hari
stress dan hectic parah, aku mulai menyukai dan mencintai Shela yang nggak bisa
dan nggak mau berhenti, yang susah banget diem.
Dipercayakan untuk memimpin Himpunan
Program Studi Ilmu Komunikasi, jadi student buddy for international studnets, diberi amanah untuk jadi head of steering
committee-nya event terbesar di fakultas, bisa menjabat jadi student staff di
kantor internasional kampus, bisa ke China untuk exchange winter camp, adalah
beberapa hal yang mungkin jadi highlight cerah di usiaku yang ke-20. Tapi
lebih dari itu, di usia ini, aku banyak belajar caranya menjadi seseorang mau mendengar, mau memahami segala sisi, dan mau
mengalah. Aku belajar banyak dengan bertemu orang-orang baru yang dalam kejapan mata langsung menjadi keluarga, membuka tanganku lebar-lebar untuk
menjangkau mereka, sekaligus menjadi pemimpin yang selalu ada.
Aku belajar untuk keep my own sanity dengan selalu fokus akan tujuanku sendiri walaupun harus selalu dituntut untuk jadi panutan, jadi seseorang yang selalu dilihat, dengan berbagai permasalahan yang terus datang, sampe kayaknya nggak berhenti-berhenti. The hardest part is probably untuk melakukan semua hal itu dengan ikhlas, tanpa mengharapkan apapun in return. To always be kind, to others and to myself.
20 tahun banyak stressnya, banyak sleepless nights, banyak nangis karena capek, tapi anehnya aku nggak menyesali apapun yang terjadi.
Aku belajar untuk keep my own sanity dengan selalu fokus akan tujuanku sendiri walaupun harus selalu dituntut untuk jadi panutan, jadi seseorang yang selalu dilihat, dengan berbagai permasalahan yang terus datang, sampe kayaknya nggak berhenti-berhenti. The hardest part is probably untuk melakukan semua hal itu dengan ikhlas, tanpa mengharapkan apapun in return. To always be kind, to others and to myself.
20 tahun banyak stressnya, banyak sleepless nights, banyak nangis karena capek, tapi anehnya aku nggak menyesali apapun yang terjadi.
Belakangan, selama beberapa hari terakhir,
aku mulai banyak merenung. Mau kemana habis himpunan selesai kupimpin? Mau
ngelakuin apa waktu magang dan skripsi? Sebagai anak beasiswa, bisa nggak aku
lulus tepat waktu? Bisa nggak ke luar negeri lagi tahun ini? Mau jadi apa aku
sehabis aku lulus? Well yes, aku masih ada dalam proses mencari jati diri yang
belum sepenuhnya kutemukan sambil terus berusaha living my life supaya nggak auto
pilot, supaya nggak stagnan.
I always have this urge to learn. Aku
pengen terus belajar. Aku pengen mengembangkan ini-itu, aku pengen melakukan
sesuatu yang bisa aku lakukan selagi masih muda. I’m willing to learn new
things.
From what I know, kemarin, aku sempat
menyimpulkan beberapa hal:
I
know a lot of people, but not all of them are my
friends.
I
like being alone, but I always treasure my time with my family and my
best friends.
I
like being surrounded by a lot of people, but to regain my energy I have to
spend time with my own mind
I
am a very determined person, but that doesn’t mean I’m greedy.
It’s
so easy to talk to me, because I’m seriously an open book.
If
people hurt me once, it’s so hard for me to forget the pain they caused.
I
forgive people so easily, but being back to what it used to be is quite
impossible for me.
I’m
selfish, but I’m trying my best to put people who I love first.
I
love to write, and I want to publish my book someday.
I
want to pursue my career with singing and MC-ing, but I don’t know what or
where to begin.
Pain
is what makes me motivated, but I hate being hurt.
Dan dari a little bit
of those clarity, muncullah beberapa goals yang pengen aku capai untuk satu
tahun ke depan, di usiaku yang ke-21.
Sebenarnya, aku bukan orang yang suka
mengumbar-umbar mimpi, aku lebih suka menyimpannya sendiri. Tapi biarlah, disini aku
akan menuliskan beberapa goals yang pengen aku capai untuk jangka waktu setahun
kedepan:
1. 21 year old Shela will not stress over a small or silly things.
2. 21 year old Shela will always put people first, especially family.
3. 21 year old Shela will go abroad twice
4. 21 year old will learn new language
5. 21 year old Shela will learn new instruments
6. 21 year old Shela will write more, more and more.
7. 21 year old Shela will find a new hobby
8. 21 year old Shela will sing and MC-ing a lot
9. 21 year old Shela will live her life to the fullest.
Banyak ya? No probs, I'll stick to my list and read them over and over to remind myself
that I have to do so many beautiful and useful things while I'm being 21.
Dua dekade plus satu
tahun untuk seorang Brigita Shela.
Di usia ini, anak-anak
seusiaku sudah banyak yang menikah, banyak yang sudah punya buntut, ada yang mungkin baru aja
menyelesaikan SMA, ada yang udah sukses dan hidup mandiri, dan pasti banyak juga
yang sudah menemukan jati dirinya sendiri.
Tapi aku, di usia yang baru menginjak 21
tahun ini, nggak mau muluk-muluk. Aku mau jadi Shela, dengan segala aktivitas
dan rutinitas yang ada. Shela yang apa adanya, yang gampang dibuat bahagia over
the small and simplest things.
I have this sort of excitements
because 21 is a legal age to do whatever people wants, but I’m also very
nervous to step into my adult phase. But here we go. I’m ready.
Cheers to being 21!
x
30 Days Without Signal
Day
1, June 26th 2018
My life is going to be in a repeat cycle for at least the next 30 days;
bangun, lari pagi, mandi, ke pasar, masak, makan, duduk di teras rumah pak
dukuh sampe bego, kalo nggak lagi proker ya nonton drama, masak lagi, and then snooze
off by 8 pm. No signal. No scrolling through instagram and youtube streaming
for the next 30 days.
Kuliah Kerja Nyata yang sebenarnya gampang dideskripsikan, bukan?
Day
2, June 27th 2018
By the second day of my KKN, I definitely can’t tell you about things
that I learned here. But I think I got a little bit of clarity.
Yang pertama, masak untuk 8 orang capek banget ternyata, belum lagi
ngeberesinnya. Hal pertama yang muncul ketika tadi siang aku masak tumis sawi
beserta tempe, tahu, terong goreng dan sambal bawang adalah bahwa ibuku harus
melakukan itu setiap hari untuk ngasih makan 4 orang anak dan 1 suami. Three
meals a day. Every single day. Aku bisa bayangin betapa capeknya ibu masak buat
kita semua dan aku bener-bener ngerasa bersalah karena nggak pernah bantu.
Bahkan untuk mikir mau makan apa hari itu, Ibu pasti bingung. Dan jahatnya aku
masih kadang nggak makan masakan Ibu dan masih ngeluh pengen makan ini-itu. Aku
bisa ngerasain gimana sakitnya Ibu kalo aku nggak mau makan.
Yang kedua, because I am surrounded with 5 guys in their 20s, I get to
know their conversations better. Mostly about girls, but the most shocking news
is how judgemental they are over girls!! I don’t get it. Percakapan mereka yang
asal nyeletuk bilang “ah biasa aja ini mah”, padahal yang lagi mereka stalk
adalah kembang kampusku, atau ketika mereka bilang “ini tengah badan doang yang
cantik, coba liat full body nya”, got me really offended. Are boys REALLY THAT
SHALLOW? I’ve always dreamed of boys who would appreciate girls not just by
looks, I’ve dreamed of amazing guys who only talks good about girls, but then I
guess there’s no such boys. They are all jerks, and I really wish if I even have a boyfriend, aku nggak dapet yang
sebegini judgementalnya. Boys, I like you, but if you read this, I’m sorry—ITS
THE TRUTH.
Yang ketiga, I just realized that boys dont find me attractive AT ALL.
I’m just drop-dead ugly and non-appealing for boys. No matter how many talents
or skills I have, I realize that boys only care about look first—the other
things are bonus.
Yang ke empat, I’m questioning a lot about myself.
Sampai kapan aku mau kayak gini terus?
Day 3,
28th of June 2018
Nothing
much I’ve done today.
Menyelesaikan satu series dalam satu hari yang gabut. Tapi di akhir
series aku baru sadar bahwa aku goblooook bgt pernah sampe desperate bgt gegara
ditinggal mas G. Demi apapun itu goblok bgt dan dia brengsek banget. A total
bastard kalo mo diinget-inget lagi apa yang dia lakuin pada diriku ini lol.
Kalo dipikir lagi, kok bisa ya aku sebegitu sayangnya sama seseorang yang udah
drop-dead bangsat? Duh, ngakak. Geli kalo inget-ingetnya. Untung sekarang udah
nggak ada feeling sama sekali.
Di sini masih nggak ada sinyal, cuma bisa pake whatsapp doang, dan
gabisa loading gambar. Berasa idup di pedalaman karena kalo mau nyari sinyal
harus ke pasar dulu.
I miss my boyfriends a lot. (read: BTS)
Day 4,
29th of June 2018
I’m listening to Jungkook’s cover called “Working” now. I’ve always
loved this song, but listening to it with wind blowing at the front of my KKN
house is somehow feels different. It’s so peaceful here. Still no
signal—because if there’s a signal I woudn’t have written this lol.
Aku masih mempelajari satu per satu karakter teman-teman KKN-ku. And I
realize some of them really has the personality that I have. Sedikit
menyebalkan, tapi kalau di pikir-pikir bukankah aku menyebalkan juga karena
punya personality yg sama?
I still hate the way they talk about girls, because when I talk about
boys with my girl friends, I feel like I’m not that rude. Their standarts are
so high—they dont even bother to look at the mirror to see themselves.
And I miss my mom and dad. I guess when you’re away from your parents and feel the new experience,
they’re always in your thoughts, right?
Day
5, 30th of June 2018
The last day of June, and I’m still here in Semin, Gunung Kidul, to
fulfill my KKN. Besok udah Juli; bulan yang paling aku suka, bulan yang katanya
panas banget, bulan dimana aku dilahirkan. I’m gonna be 21. Angka yang cukup
mengerikan nggak sih? 21 selalu dikaitkan dengan legalitas dan angka
kedewasaan. Kalo aku tinggal di Amerika, udah legal dan sah-sah aja kalo mau
mabok atau masuk ke stripping club. 21 tahun; ada yang sudah menikah, ada yang
sudah punya anak, ada yang masih kuliah, ada yang struggling dengan pekerjaan,
dan ada aku disini yang hidupnya biasa-biasa aja.
Lagi KKN pula.
Day
6, 1st of July 2018
I’m
so pissed off.
Kenapa sih cewek selalu dianggap yang cuma bisa di dapur, atau kenapa
sih cowok tuh selalu brengsek dan nggak tau diri? It’s the 6th day of my KKN
and I felt like I’m being used. I have to go to the nearest traditional market
every single morning, then cook for 8 people three times a day and I still have
to do other work like walk around announcing our programs while THE REST OF THE
BOYS DO NOTHING.
I am sooo done. Well oh well, these boys; all they do is just sleep,
eat and then talk dirty about girls. I mean come on, how could this be
happening on me?! I’m a strong independent woman and I feel like I’m being
their maids.
What a bummer to the first day of my favorite month. I seriously cannot
wait to go home.
Day
7, July 2nd 2018
I’m still pissed off and I’m sad
at the same time.
Hari ini bapak ibu dateng ngunjungin tempat KKN-ku. Cuma dikasih waktu
3 jam dan aku sedih banget karena cuma dikasih waktu sesingkat itu. Nangis
terus bawaannya, entah kenapa. Mungkin karena kangen, atau karena aku lagi mau
PMS, atau karena aku lagi sensitif karena semalem barusan di “sidak” alias
evaluasi kelompok. Eih.
Baru kali ini aku ngerasain namanya direndahkan, diinjak-injak, dikucek
harga dirinya, dengan alasan yang menurutku bisa dibalikkan lagi ke orang yang
udah nunjuk-nunjuk. Nggak usah disebutin gimana cerita lengkapnya, tapi dari
hasil evaluasi itu aku jadi tahu gimana sifat satu per satu dari anggota
kelompok yang menurutku kalo diterawang, keliatan banget bangsatnya—sorry to
say. Yang kurasain waktu “evaluasi kelompok” sebenernya bukan benar-benar
evaluasi kelompok—lebih pada beberapa orang yang berusaha menjatuhkan seorang
Brigita Shela. Congrats though, karena berhasil buat aku ngerasa direndahkan
banget. Lol. Thats why I shut myself down since then. Tadinya, aku mau membalas
mereka dengan fakta-fakta yang lain, tapi kalau kubales, makin jadi lah nanti.
Biarlah anjing menggonggong, sing waras ngalah. Aku juga udah bertekad untuk
nggak ngomong ke mereka kalau nggak butuh banget, dan nggak minta bantuan kalo
emang bener-bener nggak bisa. I’m trying so hard not to get close to them
either, males yekan, ngapain coba. Temen bukan, kenalan bukan, cuma segelintir
orang yang kebetulan dipasangkan selama 30 hari untuk jadi satu kelompok KKN.
Ngeliat mukanya aja udah eneg banget, apalagi musti berinteraksi. Tapi
dari hal-hal kampret yang terjadi dari kemarin, highlight of the day adalah ada
bapak ibu yang jauh-jauh dateng dari jogja ke tempat KKN ku buat bawain
banyakkkk bgt makanan (yang nggak akan aku bagi pada kubu lawan lol). Untung
teman-teman cewek semuanya baik, jadi bakal kubagi ke mereka doang, jelas.
Bukan tentang makanan aja sih sebenernya, aku banyak cerita tentang suka duka
KKN ku juga, dan seperti yang kuharapkan, tentu aja bapak ibu selalu kasih
support dan semangatin aku. In this difficult time, I do really need them. Aku
masih belum berhenti nangis kalo inget bapak dan ibu. I really want to go home.
Being in a shitty situation like this makes me appreciate my parents more. I
love them so much. Writing this, I haven’t even stopped crying.
But anyways... menghitung hari, masih ada 23 hari ke depan yang harus
dilalui bersama orang-orang ini.
Wish me luck.
Day
8, July 3rd 2018
It was a regular day when I started my morning with 5 kilos jog at 7
AM. I lost 2 kilos in a week, yay! Pokoknya by the end of this KKN, I have to
at least lose 7 kilos—I know I can do it!!! Aku nggak makan pagi dan nggak
makan malam, menghindari es dan yang manis-manis—kecuali protein shake yang
lumayan manis. Masih mencoba menghindari konflik dengan nggak terlalu involve
dalam perbincangan yang nggak buat aku jadi seseorang yang lebih baik, caelah.
Tapi serius, kalo nggak terlalu dibutuhin atau kalo aku nggak butuh motor
mereka buat ke pasar atau do laundry, aku nggak bakalan deh minta bantuan
mereka.
Anyways, sorenya kita main di lapangan sama anak-anak desa sini, yang
menurutku bisa jadi pelipur lara. Cuma karena anak-anak ini aku bisa senyum dan
lepas ketawanya.
It’s still 22 days to go. I should be fine, right?
Day
9, July 4th 2018
First off, Happy Independence Day, America!
Second, I got a signal for the past 2 days. Karena aku upgrade ke 4G
(nomor lamaku masih 3G) dan lumayan bisa chatting lancar dan instagram kalo aku lari pagi :D I lost 2
kilos only and I want to lose more.
There’s still 21 or 20 days left (because there’s no certain date when
we will be off) so I think I would lose 7 kilos by the end of it. I know I can.
I just have to walk and run 4 kilometers every single day and watch my food.
I can handle this
Day
10, July 5th 2018
Nothing
special happened today.
But I tried so hard to bodo amat pada apapun yang berusaha membuatku
nggak nyaman. I tried to do things without whining and complaining.
Nineteen days left, and the only strength for me to carry on is the
children here. Aku bener-bener bertahan cuma karena anak-anak bimbel yang
kuajar setiap hari Senin sampai Kamis. Ngajarin mereka Bahasa Inggris, nyanyi
angka dan alfabet, dan main betengan atau cuma main kejar-kejaran adalah hal
yang membuatku bertahan.
I’m trying not to miss home that much—even though I still miss it.
Day
11, July 6th 2018
Hari ini ada program kerja yang mulai jalan di KKN. Yang pertama, jam 1
siang ada pertemuan lansia, atau yang sering disebut Posbindu. Disitu, kakek
nenek yang ada di Dusun Sulur II dicek berat badannya, diukur tensinya dan
silaturahmi bersama dengan warga lansia lainnya. Tadi, waktu aku ambil kamera dan
memutuskan untuk jadi sie dokumentasi, aku banyak memotret kakek dan nenek yang
penglihatan dan pendengarannya sudah minus. Tadi sempet mau nangis dan mata
udah berair. Yang ada dipikiranku adalah mereka aja semangat ikut pertemuan
kayak gini, dan masih ramah banget sama aku yang notabene datang dari kota.
Aku ngerasa terenyuh banget, ada satu kakek yang udah nggak bisa lihat,
dan aku benar-benar bayangin rasanya jadi si kakek—yang dulu pernah muda dan
bisa ngelakuin segalanya, dan sekarang sudah tinggal leyeh-leyeh aja.
Ngeliat kakek dan nenek tadi juga bikin aku inget simbah yang sudah
nggak ada. I miss her. I used to visit her every holiday when she still alive.
Pasti seneng deh rasanya ditengokin cucu. Aku juga tadi udah bertekad, kalau
besok udah menikah dan berkeluarga, aku akan sering berkunjung ke bapak dan
ibu, kalau bisa setiap liburan. This event makes me reflect on myself so much.
Sorenya, sekitar jam 4, proker individu ku berjalan, yaitu pelatihan
public speaking untuk karang taruna Desa Sulur II. Lega dan seneng banget bisa
berbagi ilmu, senengnya lagi karena mereka juga kelihatan semangat waktu
penjelasan materi.
Hari ini terasa singkat karena banyak kegiatan.
11 days down.
18 more days to kill.
Day
12, 7th of July 2018
Lagi berkabung.
Hapeku mati,
my one and only iPhone 5s mati T_T
I dont know about what I feel
right now. Di pedalaman, dan aku nggak punya alat komunikasi. Pengen nangis.
Walaupun udah buluk dan udah tua, I really love that phone T__T I’m so sad yet so clueless.
Apakah ini yang dinamakan cobaan?
Day
13, 8th of July 2018
Hari
kedua tanpa HP.
My dearly iphone 5s yang bulukan karena udah tiga tahun dipake harus
masuk rumah sakit karena bootloop mulu. Dan sedihnya adalah memoriku yg 64gb
full dan aku belum sempet mindahin. Masih ada foto-foto dan banyaaak bgt video
waktu aku di China yang belum sempet aku pindahin. Hiks. Lets just hope for the
best that the data will not disappear.
I thought today was a good day but suddenly something came up, kayak
ada sekumpulan anak muda gitu, aku lebih prefer mereka disebut preman sih, yang
tiba-tiba dateng ke rumah—nggak jelas banget, dan ceramahin sana-sini ketika
aku cuma bilang satu kalimat yang bahkan aku sendiri belum selesai omongin.
I just hope tomorrow will be a better day, and my phone will be fine
with the data and stuff.
Day
14, 9th of July 2018
Day
3 without my dear phone.
Bener-bener kerasa stress-nya karena hampir seharian laptop juga
digunain sama temen-temen yang lain. The only electronic thing that I have now
is my own laptop, jadi kalo laptop dipake juga jadinya diriku gabut banget.
Masih belum ada kabar dari tempat aku betulin hpku.
Dari kemaren udah galau dan hari ini galau banget. Enak sih, jadi bisa
lepas dari barang jahanam, tapi nggak enak karena I feel like I’ve been
disconnected from the world. I feel like I’m being left, believe it or not.
But today I went to pasar malem at the local space. Ya lumayan,
walaupun I ended up eating bakso, sosis dan macem-macem tempura. Nyesel banget
karena selama disini aku diet aku udah kehilangan 4 kilo T_T
I hope this wont happen again and my phone will come back to me.
Day
15, 10th of July 2018
Kupikir hari ini aku bisa dengan bebas pake hpku lagi dengan keadaan
yang utuh dan sempurna. Eh ternyata salah besar. I also made a huge mistake.
Setelah aku coba bawa ke konter dan minta dilihat, eh ternyata bukannya tambah
bener malah makin rusak. Home button jadi gabisa dipencet, kerangka hp jadi
mencuat, and it’s still doesnt work.
At this point, aku udah bener-bener ikhlas mo kek gimana hpku dan
segala datanya. Yang kupingin adalah aku punya hp karena gabut banget coy
gapunya hp ternyata, lebih ke lagu-lagunya sih yang aku kangenin. Apalagi kalo
morning and afternoon jogs—nggak ada lagu hampa banget coy asli.
Good thing is, hari Kamis aku bakal turun ke Jogja untuk servis hp, I
dont hope much. Kalopun emang gabisa dibetulin, aku bakal beli hp baru yang
nggak se-pricey iphone. Apapun itu lah, yang penting berfungsi.
Anyway, today remarks the half way of my KKN. Whoo! Time flies; I lost
4 kilos, I cracked my phone, and I still miss home more than ever.
I wished all of this will end sooner.
Day
16, 11th of July 2018
Day
5 being disconnected—by disconnected I mean I have no phone in my hands.
It got pretty okay but I guess I
need my sanity back by having a phone. I think I’m gonna have a new phone by
tomorrow. Besok aku bakal balik ke Jogja dan semoga aja bisa balik ke Semin
dengan handphone di tangan.
I’m excited for tomorrow.
Day
17, 12th of July 2018
Hari ini kerasa berjalan cepet banget karena sepanjang hari dihabisin
di jalan menuju Jogja dan kembali ke Semin. Setelah coba untuk servis iphone,
akhirnya aku menyerah karena untuk dibetulin butuh sekitar 1jutaan, itu juga
datanya bakal ilang semua. It’s sad because some of the best moments are in
there. Momen-momen emasku di China, ketika aku pemilu dan terpilih jadi ketua
himpunan, waktu aku dinobatkan jadi student staff dan foto-foto lain yang
bahkan aku udah lupa ada apa aja. Sedih sih, tapi mau gimana lagi. It’s
supposed to be a memory, but we can’t look at the future if we always look back
to the past memories, right?
Well, at least, that’s what I’ve been trying to tell my self for days.
Aku akhirnya beli hp baru dengan tabungan yang seharusnya jadi ultimate
saving buat nonton BTS tahun depan.
Walaupun sebenarnya hp baruku juga nggak sebagus si 5s buluk, si tabungan jadi
benar-benar nggak seberapa dan aku tau aku harus kerja keras untuk bisa
ngumpulin lagi kayak saldo semula. Puji Tuhan, udah ada lumayan banyak tawaran
jadi MC di bulan Agustus-September. Aku harus kerja keras. Orang kayak aku kalo
nggak kerja keras, nggak akan sukses.
Wish me luck. It’s a fresh and new start to have a new phone right?
Ada desas-desus juga kalau KKN akan segera berakhir tanggal 22 Juli.
Itu berarti tinggal 9 hari lagi. Benar- atau enggaknya, kita lihat aja nanti.
Day
18, 13th of July 2018
Done
nothing special today.
I still feel sick because of my stomachace, and feel super dizzy
everytime I went to bed. Aku nggak tahu kenapa, entah masuk angin atau asam
lambung naik, but it makes me suffer. I eat a lot and forget about my diet plan
because of my sickness.
This KKN will end soon, I just cant wait to end it sooner.
By the way, today is the memorial day for my grandma. Its been 4 years
since my grandma passed away. I missed her. Being in a country side like this
place makes me remember her the most. I used to love country side because every
holiday I would visit my grandma’s house.
Although
I missed her so much, I’m glad that she’s in a better place now.
Day
19, 14th of July 2018
Done nothing and I felt pretty good. Unless most of the people here
that made me super sick. I’m getting used to the house, the environment, the
water and even the wind here, but it seems like I will never get used to the
people. Bukan warganya (aku sayang banget sama warga lokal sini, btw) tapi
beberapa teman kelompokku. Masih saja ku dibuat muak.
Yaudah lah ya. Tinggal bentar lagi.
Three weeks down.
One week to go.
Day
20, 15th of July 2018
2/3 of my KKN journey done and dusted—well not completely done and
dusted, but lets say its almost over! :p
Sebeeel banget karena hari ini bener-bener dipenuhi kejengkelan karena
ketidaktahuan diri beberapa orang yang bahkan nggak mau gerak untuk
ngelaksanain sesuatu. That’s why hari ini aku nyuci dan masak and then kabur ke
kafe cari wifi dan cek sana-sini. Sebel banget karena baru tau fakta pas Bapak
Ibu jengukin aku ke sini, some of the boys talk shit behind me dan bilang “kalo
aku dijengukin gitu sih aku malu”.
Ye, sirik aje. Ye, orang tua gw mah sayang ama gw.
Aku udah berada di titik di mana aku muak banget sama all of the boys
here. Oh geez, forget about the formal stuff—even looking at their face makes
me sick. Thats why I keep quiet, I didn’t talk when they dont ask, I dont even
hesitate to ignore and keep the awkward silence everytime we’re in the same
place. Everything is so awkward here, but I dont even care anymore. They hurted
and attacked me first, its not my fault to act such things.
Oh, I havent change my mind; I still want all of this to really come to
an end.
Day
21, 16th of July 2018
Salah satu proker berjalan lagi hari ini. Dan dapet tanggal penarikan
yang katanya jadi tanggal 23 Juli!! It means tinggal seminggu lagi. Ahhhh
kuharap bener karena aku udah pengen balik ke dunia nyata di Jogja. Hiks.
Aku makan banyak lagi hari ini, dan nyeseeel dan bertekad mau balik
lari dan diet lagi setelah kemaren galau parah karena ngga ada hp.
Pokoknya harus turun lagi!!! Gamau tauuu!!!
Day
22, 17th of July 2018
Makin
sebel karena makin spaneng sama laporan akhir. I miss Taehyung sooo bad.
Day
23, 18th of July 2018
Sebel banget karena disindir di grup unit, sampe grup pribadi juga,
bukan sama siapa-siapa tapi sama anggota kelompok sendiri. Duh nggak ngerti
lagi ya, abis ini selesai bodo amat mau langsung left grup!!!
Day
24, 19th of July 2018
Hari ini ngobrol sama Pak Dukuh kalau Pak Dukuh suka keliling Jawa pake
motor, gila banget gaul!! Dan hari ini ada acara gapok tani gitu, so glad to
see all of the people of Kemejing. Selain hari pengumpulan laporan akhir, hari
ini juga hari terakhir bimbel. Sedih!!! Karena satu-satunya yang jadi
penyemangat selama KKN cuma anak-anak disini dan sekarang we’ve come to the
end.
I’m gonna miss them the most!!
Hari penarikan adalah H-1
sebelum aku ulang tahun, di tanggal 24 Juli 2018.
5 hari lagi—and I also can’t
wait for that.
Day
25, 20th of July 2018
Bener-bener butuh waktu sendiri untuk merenung dan me time dan mikirin
bakal mau kemana kedepannya. Mau apa setelah himpunan? Mau apa setelah magang?
Mau ngapain setelah lulus? I think I need some time to figure it all out.
Alone.
I need to regain my energy by being alone and do my stuff. Being
surrounded by a lot of people for almost a month makes me kinda tired.
Can’t wait to hang out in Starbucks and being alone with my own mind.
Day
26, 21st of July 2018
I can’t even remember what happened today. What I remember is I know
how much some of the boys hate us.
Day
27, 22nd of July
Perpisahan dengan warga Dusun Sulur II dilaksanakan hari ini. Hari ini
aku masak sama warga Dusun Sulur II, terutama ibu-ibu. Aku ngerasa disambut
luar biasa dan ngerasa sangat disayaaang banget. Ada satu ibu namanya Bu
Marinem, dan ibu itu selalu peluk aku kalau ketemu. Kalau kata Bu Dukuh, Bu
Marinem itu fans-nya Mbak Shela. Hahahaha. Tapi sumpah, beliau baiikkkk banget.
Setiap aku lari pagi dan sore, beliau dan suami selalu kasih semangat ke aku
dengan bilang “ayo mbak shela, semangat!!!”, padahal aku nggak tahu nama beliau
dan beliau bisa ingat namaku hanya dengan satu kali perkenalan.
I think I’m gonna miss her the most. I hope she’ll doing well, sampai
pada saatnya nanti aku kembali ke Sulur II dengan jadi orang yang sukses.
Day
28, 23rd of July – The Last Day of KKN
Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu datang juga. Hari terakhir ada di
Dusun Sulur II sebelum besok harus kembali ke rutinitas di Jogja. Ada senang
dan sedihnya, ada kejadian yang lucu juga hari ini sebenarnya.
Pertama, hari ini ada pameran yang diadain di sebuah lapangan gitu.
Nah, the story starts from there. We still being awkward with each other and
its still doesnt feel right for me. I feel like there’s a gate between us and
we couldnt even reach that to make it. Jadi yaudah, karena hari terakhir juga
semuanya masih ngga membaik—we’re gonna end it this way. Awkward, in silence.
Yang kedua, pameran berjalan dengan lancar. Sampai akhirnya, the love
of my life came. Orang yang aku suka tetiba chat dan bilang kalau dia ada di
lokasi pameran, padahal dia nggak KKN. I FEEL INCREDIBLY ANXIOUS. He was there
and he asked where I was. I was in complete shit, I look like a gigantic ugly
potatoes. I had no make up on—not even a eyebrows and I sweated a lot. But he
was there. Berdiri, ngelambai ke aku, pakai jaket denim kesukaannya, dan
berjalan ke arahku. Kayak macem di FTV, suer, because I feel like my heart was
going to explode.
Tau nggak? Pas dia jalan ke arahku, hampir semua cewek langsung kicep
dan ngikutin kemana dia pergi. But he came to me. To see me. To say hi. And to
talk. Dan saat lihat dia, aku benar-benar ngerasa nggak pantes, nggak layak,
menjijikkan, to just even talk and standing next to him. I’m fat, I’m ugly and I have no shame. Why
would someone like him like someone like me? I’m a drop-dead ugly potatoes and
I feel sooo small that I cried after he left.
Believe me, I missed him. Its been almost 6 months since the last time
we met. Aku selalu kebayang saat akan ketemu dia lagi, saat aku dandan cantik,
udah agak kurusan dan lebih pantes dari pada hari ini. Tadi aku bener-bener
gosong karena panas. Bayanganku ketemu dia dengan keadaanku yang sempurna
terbuang dan tergantikan sudah sama kejadian fail yang tadi. Aku sedih banget.
Because I really like him.
Hari ini campur aduk banget rasanya. Senang karena KKN udah berakhir,
dan sedih karena aku harus ketemu the love of my life with the worst
appearance.
Tomorrow we’ll leave. And tomorrow is my birthday eve. Everything comes
down to this moment—the moment that I’ve been waiting for since day one.
Hope everything will be fine.
Day
29, 24th of July 2018 – The day of
coming back to Jogja
Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang juga. Since day one, I’ve
been waiting for this day to come, dan setelah penantian panjang yang menguras
hati, akhirnya hari ini, aku resmi ditarik dari lapangan dalam rangka Kuliah
Kerja Nyata. Yay.
Pagi ini dimulai dengan aku bangun pagi untuk packing dan bersiap-siap
untuk kembali ke Jogja jam 9 pagi. Aku semangat banget dari pagi, but as you
can expect, sampai detik ini pun, nggak ada perubahan dalam kelompok, and I
guess, all of us are relieved that we’re finally going to be back to our normal
life.
Ketika kami pamitan sama Pak Dukuh dan akhirnya masuk ke mobil untuk
kembali ke Jogja, aku benar-benar ngerasa lega. Aku sama sekali nggak tahu apa
artinya udara segar selama di lokasi, karena menurutku walaupun emang udara di
desa itu segar, kalau ada orang-orang toxic di sekitar, udara jadi nggak
bakalan segar lagi. Ketika sampai di Jogja dan karena hari ini himpunan
bertugas di bimbingan KRS dan aku merasa harus datang, aku benar-benar nutup
mata dan hirup udara dalam-dalam. Di sini lebih baik. Di sini, di kehidupan
normalku yang super hectic dan stressful, di kota yang polusinya tinggi, aku
merasa lebih bisa menghirup udara segar. I feel like I’m home.
Langsung kembali ke aktivitas yang padat, aku ngerasa bahwa aku lebih
suka seperti ini. Shela yang sibuk, yang hampir setiap hari selalu di kampus
dari pagi sampai malam, yang kumel dan selalu dikomen kantung matanya tambah
parah dari hari ke hari.
Sebenarnya, banyak banget yang bisa dipelajari di KKN. Salah satunya
adalah being able to deal with people who’s not your friend and to deal with
their own behavior. Aku nggak ngerasa gagal dalam menjalani KKN ini, aku malah
ngerasa bahwa I found myself again. Mungkin agak sedih karena di awal, aku
pengen kelompok KKN ku bisa jadi keluarga kedua. But I guess—not all people are
easy to vibes with me. And that’s fine. That’s okay.
Anyway, hari ini adalah hari terakhir aku berusia 20 tahun. Yap, it’s
my birthday eve, and I’m so happy to
spend my birthday tomorrow, here in Jogja.
So that’s it. I made it. 30 days 29 days of my KKN journey has
been completed. It’s not the best thing that happened on me, but I’m glad it
happened. Because every story in life has its own meaning, right?
Senin, 24 Juli 2017
Kepala Dua
Senin,
24 Juli 2017.
Seperti biasanya, seperti
tahun-tahun sebelumnya, aku selalu menuliskan apa yang aku rasakan satu hari
sebelum aku ulang tahun. Tomorrow is my birthday. I’m turning 20 tomorrow
(actually in an hour though :p) It’s a bit scary, isn’t it? Nggak ada
embel-embel teen lagi di belakang umurku. Bukan fifteen, sixteen, or nineteen.
Its twenty. It’s a freaking TWENTY.
Aku bukan remaja lagi. Bukan anak
labil yang masih pake baju SMA. Bukan orang yang patut disebut anak-anak. Bukan
anak kecil lagi. And I would like to say that 20 is a “tanggung” age. Tanggung
banget lah. Bayangin aja, kita disebut menginjak fase adulthood when we turn
21. Then the last year of a teenager phase is 19. Dan 20 ada di tengah-tengahnya,
kita nggak bisa lagi dibilang remaja dan juga nggak bisa dibilang orang dewasa.
Usia tanggung. Usia yang probably confusing for some people.
But well... usia 19 menurutku adalah
usia yang cukup menarik. Sudah satu tahun menyandang usia ini. And it gone
really well. Aku banyak banget belajar tentang diriku sendiri. Seriously, I’m
getting to know myself so much more. What I like, what I dislike, what makes me
sad, what makes me happy, and what I want in life. Aku makin berambisi, makin
gigih untuk ngejar cita-cita, dan aku juga makin tau sebenarnya aku pengen
kemana.
19 tahun adalah usia dimana aku tau
bahwa... kita nggak bisa dapetin semua yang kita mau. Kita nggak bisa
menghitung berkat orang lain dan membandingkan berkat yang kita dapet. My 19
year old-self might not be as exciting as my 18 year old-self. But I guess that’s
a part of growing up.
I’d
like to say myself as a tough girl, but damn I also struggle in love. I learned
the hard way that once I put my heart and my soul on someone, it is SO FUCKING
HARD to get rid of the feeling. I love hard. And I dont know if its good or a
bad thing. But the past 1 year has been taught me that loving too much can
cause a big freaking damage to myself.
Aku
bergabung dengan organisasi yang bagus dan krusial di kampus. Waktuku banyak
tersita. Tapi aku merasa jadi manusia yang lebih kritis dan mau melihat situasi
dari berbagai perspektif. I’m trying to enjoy all of this. Even it is a big
responsibility, I’m still trying to get in the midst of this chaos.
Aku
mulai tahu mana teman-temanku yang sebenarnya. Mana teman yang setia, mana
teman yang dateng cuma pas butuhnya aja, dan mana teman yang sebenarnya suka
nusuk dari belakang. I also learned that who we are is who we surround ourself.
Aku sudah ada di lingkaran teman yang negatif selama 4 semester, dan aku nggak
mau mengulangi itu lagi di semester yang baru.
Aku
masih kesulitan untuk melupakan kejadian-kejadian yang sebenarnya patut untuk
dilupakan. Aku masih merasa sulit untuk mengampuni. Aku masih merasa bahwa
egoisme yang ada di diriku bisa menghancurkan segalanya. Dan aku masih belum
bisa mengontrol emosi. Aku masih hobi mengingat dan membuka luka lama. Aku
kadang masih suka menyakiti diriku sendiri dengan nggak mau mengampuni diriku
sendiri.
Aku
juga belajar bahwa happiness is state of mind. Nggak perlu lah cita-cita
bahagia, sebenarnya bahagia itu kita sendiri yang ciptain. Definisi bahagia itu
bisa sesederhana nonton di bioskop sendirian, atau makan es krim, atau sekedar
hang out dengan orang-orang yang kita cintai. Percaya deh, it might sound
bullshit. Tapi coba kejar kebahagiaan dari sisi-nya yang paling sederhana dulu.
Aku
baru mengetahui bahwa aku punya anxiety illness di usia 19 tahun ini. Satu
bulan lalu aku diserang anxiety attack pertamaku. Trust me, it was horrible. It
was like you’re going to die right away. But I also learned that Papa Jesus
selalu ada buat aku. Disaat aku punya krisis kepercayaan, aku cuma punya satu
pribadi yang selalu aku andalkan dan nggak akan pernah ninggalin aku gimanapun
keadaanku. Dia adalah satu-satunya pribadi yang aku percaya. Dan aku percaya bahwa
Dia nggak akan pernah mengecewakanku.
Tiga
hari menjelang ulang tahunku, aku menemukan sesuatu yang nggak pengen aku
temukan. Sesuatu yang mungkin bisa menghancurkan aku. Sesuatu yang mungkin akan
merusak. Sesuatu yang berpotensial untuk menghancurkan segalanya. I’ve been
crying a lot these past 3 days. I’ve been thinking a lot, and I barely slept. Aku
juga masih belum tau bagaimana harus bersikap, atau bagaimana harus menangani
ini. Mungkin ini adalah sebuah pembelajaran dan langkah pertama untuk jadi
dewasa.
Dua
dekade untuk seorang Brigita Yo’ella Beta Shela. Aku masih berharap akan banyak
hal. Aku masih punya impian yang tinggi. Dan aku berharap aku akan mencapai
semuanya. Buatku, masa remaja adalah masa yang lumayan semrawut. Ada senangnya,
ada sedihnya, ada gobloknya, ada inosennya, ada nakalnya, ada menye-menye gak
jelas pula. But its safe to say that I enjoy every single thing on my teenage
phase.
Dan
sekarang, siap nggak siap, aku harus mulai menjalani hidupku sebagai seorang
Shela yang sudah berkepala dua.
Rabu, 29 Maret 2017
Yogyakarta dan Kamu
Aku menemukan tulisan ini di jurnal yang kutulis pada tanggal 9 Mei 2016.
I remember I was so in love AND desperate back then. I remember it so clearly.
Oh love, what did you do to me?
----------
Senin, 9 Mei 2016
23:34
Dan lagi, Yogyakarta, untuk yang kesekian kali.
Aku kembali lagi ke kota ini dengan senyum yang kalau bisa diukur mungkin hanya setengah jari, serta harapan-harapan tak pasti yang belum terpenuhi.
Sudah hampir satu tahun aku berada disini.
Hampir satu tahun aku menyebut kota ini sebagai rumah.
Tapi, kota ini bukan rumah.
Bagaimana mungkin Yogyakarta bisa dikatakan rumah tanpa kamu di dalamnya?
Rumah, bagiku, bukanlah rumah, tanpa kamu.
Setiap kali aku menginjakkan kaki di kota ini, aku seperti berkelana. Aku seperti penjelajah yang keluar dari rumah.
Jauh darimu sudah menjadi makanan sehari-hari. Berada pada jarak ratusan, bahkan ribuan kilometer darimu sudah kuanggap hal yang biasa kujalani.
Bertemu denganmu hanya sebulan sekali, atau parahnya tiga bulan sekali hanya untuk bersua, telah menjadi sesuatu yang melulu menyakiti.
Mereka bilang rindu itu indah.
Tapi ini tidak indah.
Rindu sama sekali tidak indah.
Rindu itu menyiksa.
Tidak satu hari pun kulewati tanpa merindukan kamu.
Tidak satu hari pun semenjak kita setuju untuk menjalani hubungan ini, aku tidak mengharapkan kamu ada disini.
Aku tahu, hubungan ini, entah apapun namanya... ini kacau.
Kita hanya terus berputar. Berkeliling, mengitari orbit yang sama, makin lama makin kacau. Makin lama makin menyakitkan.
Tapi aku bertahan. Kamu juga bertahan.
Mungkin kita berdua hanyalah dua manusia yang sama-sama takut kesepian.
Aku menginginkan kamu.
Kurasa kamupun juga begitu,
Tapi, apakah adil bagi kita untuk menyalahkan semesta? Apakah adil menyalahkan keadaan yang mempertemukan kita di waktu yang salah?
Aku kadang malu. Aku kadang ngilu.
Tapi, kamu adalah bahagiaku.
Jadi untuk sementara, biarlah seperti ini dulu.
Aku untuk kamu.
Kamu untuk aku.
Aku menyayangi kamu. Kamu menyayangi aku; tidak lebih, juga tidak kurang.
Dan untuk sementara waktu, biarlah aku puas berputar dulu diantara Yogyakarta dan kamu.
I remember I was so in love AND desperate back then. I remember it so clearly.
Oh love, what did you do to me?
----------
Senin, 9 Mei 2016
23:34
Dan lagi, Yogyakarta, untuk yang kesekian kali.
Aku kembali lagi ke kota ini dengan senyum yang kalau bisa diukur mungkin hanya setengah jari, serta harapan-harapan tak pasti yang belum terpenuhi.
Sudah hampir satu tahun aku berada disini.
Hampir satu tahun aku menyebut kota ini sebagai rumah.
Tapi, kota ini bukan rumah.
Bagaimana mungkin Yogyakarta bisa dikatakan rumah tanpa kamu di dalamnya?
Rumah, bagiku, bukanlah rumah, tanpa kamu.
Setiap kali aku menginjakkan kaki di kota ini, aku seperti berkelana. Aku seperti penjelajah yang keluar dari rumah.
Jauh darimu sudah menjadi makanan sehari-hari. Berada pada jarak ratusan, bahkan ribuan kilometer darimu sudah kuanggap hal yang biasa kujalani.
Bertemu denganmu hanya sebulan sekali, atau parahnya tiga bulan sekali hanya untuk bersua, telah menjadi sesuatu yang melulu menyakiti.
Mereka bilang rindu itu indah.
Tapi ini tidak indah.
Rindu sama sekali tidak indah.
Rindu itu menyiksa.
Tidak satu hari pun kulewati tanpa merindukan kamu.
Tidak satu hari pun semenjak kita setuju untuk menjalani hubungan ini, aku tidak mengharapkan kamu ada disini.
Aku tahu, hubungan ini, entah apapun namanya... ini kacau.
Kita hanya terus berputar. Berkeliling, mengitari orbit yang sama, makin lama makin kacau. Makin lama makin menyakitkan.
Tapi aku bertahan. Kamu juga bertahan.
Mungkin kita berdua hanyalah dua manusia yang sama-sama takut kesepian.
Aku menginginkan kamu.
Kurasa kamupun juga begitu,
Tapi, apakah adil bagi kita untuk menyalahkan semesta? Apakah adil menyalahkan keadaan yang mempertemukan kita di waktu yang salah?
Aku kadang malu. Aku kadang ngilu.
Tapi, kamu adalah bahagiaku.
Jadi untuk sementara, biarlah seperti ini dulu.
Aku untuk kamu.
Kamu untuk aku.
Aku menyayangi kamu. Kamu menyayangi aku; tidak lebih, juga tidak kurang.
Dan untuk sementara waktu, biarlah aku puas berputar dulu diantara Yogyakarta dan kamu.
Langganan:
Postingan (Atom)