Hanya potongan kecil dari sebuah cerita yang saya buat.
Enjoy :)
****
Stella berusaha untuk tidak gusar saat pria itu menarik
tubuhnya mendekat, memeluknya dan menyelimuti tubuhnya dengan kehangatan yang
membuatnya merasa nyaman.
Stella sudah berada di bandara, bersama Justin,
dan juga bersama Rosie. Pesawat mereka akan lepas landas sebentar lagi. Dan
Stella tau saat itu juga ia harus berpisah dengan Justin.
Tak ada yang bisa diingatnya mengenai apa yang terjadi
semalam ketika ia menemukan tubuhnya yang terbalut baju sempurna di kamar hotelnya
pagi ini. Ia tampak tidak berantakan. Tampak segar. Dan tak ada Justin di
sampingnya saat ia terbangun. Yang ada di sebelahnya justru Rosie yang sedang
mendengkur hebat. Entah apa yang sudah Justin katakan pada Rosie ketika Rosie
berkata bahwa Justin menemukan Stella di depan pub, pingsan dan sama sekali tak
bergerak. Justin membawa Stella ke kamar hotelnya, dengan selimut tebal saat
ia terbangun.
“Sampai bertemu di lain waktu, Stella,” kata Justin
seusai mendekap tubuh Stella selama beberapa saat. Ia sudah sempat berpamitan
pada Rosie lima menit yang lalu. Dan tadi ia sempat meminta Rosie untuk
memberikan waktu khusus untuk mereka berdua.
“Justin aku hanya ingin—“
“Ssssssh,” Justin tiba-tiba saja menyentuh bibir Stella
dengan telunjuknya, “Aku tau kau mungkin bingung. Namun percayalah bahwa
semuanya akan baik-baik saja.”
Stella mengigit bibir bawahnya. Ia mendengar panggilan
itu lagi. Panggilan untuk para penumpang yang hendak lepas landas ke Amsterdam.
“Jaga dirimu baik-baik.” Kata Justin lembut seraya
meremas tangan Stella.
“Justin—“
“Terimakasih untuk satu hari yang menyenangkan.
Terimakasih untuk musim panas yang luar biasa untukku."
“Justin aku tau aku tidak—“
“Dan berjanjilah padaku bahwa suatu saat nanti kita akan
saling mencintai. Dengan cara yang lain, pada musim panas yang lain…”
Stella tak berbicara lagi. Bibirnya seolah-olah terkatup
rapat. Ia hanya terus menatap wajah Justin ketika pria itu melepaskan remasan
tangannya dan memilih untuk mengusap kepala Stella beberapa kali.
“Sekarang pergilah.”
“Justin, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?”
Justin mengangguk. “Anything.”
“Apakah semua
ini nyata? Maksudku—kau dan aku. Satu hari yang menyenangkan. Apakah itu semua
benar-benar nyata?”
Justin menatap Stella selama beberapa detik, menarik ulur
napasnya yang tampak tenang, kemudian menjilat bibirnya dan tersenyum pada
Stella sambil berkata, “Kau akan menemukan jawabannya suatu hari nanti. Semua
ini begitu rumit. Tapi kau harus tau bahwa cepat atau lambat, kau akan
mengetahui jawabannya.”
Tak ada yang bisa Stella lakukan kecuali mendengus kecil
dan tersenyum tipis padanya. Jawaban itu mungkin tidak cukup. Namun ada sesuatu
yang mendorongnya untuk mempercayai Justin. Mempercayai ucapannya. Dan
menganggap bahwa jawaban itu masih menggantung entah dimana.
“Kita
akan bertemu di musim panas yang lain, kan?”
Justin tersenyum, “Kita akan bertemu di musim panas yang
lainnya.” Jawabnya.
Stella mengangguk. Ia masih bingung akan semua yang sudah
menimpanya selama satu hari terakhir. Semuanya berjalan begitu cepat dan kilat.
Dan semuanya tampak begitu semu. Tampak begitu maya. Semuanya kelihatan tidak
nyata….
Namun Stella
memilih untuk berbalik dan pergi meninggalkan Justin. Ia tidak tau
bagaimana caranya Justin bisa berada di Bandara ini pada hari ini, namun ia
yakin keberadaannya disini karena ada suatu alasan.
Dan alasan itu akan membawanya ke suatu dimensi yang
lain. Ke sebuah pusaran yang lain. Ke sebuah dunia yang lain.
Dan ke sebuah musim panas menyenangkan berikutnya yang
akan ia jalani bersama Justin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar