So...
I was looking through my journal, and I found this writing of mine on February 25, 2016. At that time, I was still 18, and I was still in a relationship with a guy.
When I read this, all I could ever think of was... the fact that a year could change things a lot.
Oh dear, a year changes you a lot.
---------
Kamis, 25 Februari 2016
And here I am.
Duduk sendiri dengan telinga tersumbat earphone yang mengumandangkan Arthur Theme's-nya Christoper Cross. Mataku nggak bisa berhenti memandangi Jalan Jenderal Sudirman yang sore ini kelihatan padat.
Dari tempat duduk ini, Tugu Jogja nggak keliatan jelas, tapi samping kanannya masih kelihatan sedikit. Nyaris.
Pesananku sudah habis bersih, menyisakan perutku yang lumayan kenyang karena belum makan dari pagi.
Aku sudah menobatkan kursi ini sebagai kursi favoritku. Lokasinya pas. Pemandangan yang disuguhkan juga bebas; kota Jogja yang menggema luas.
Ah, Jogja.
Tempat rantauanku.
Tempatku mengemban ilmu.
Walaupun jauh dari Ibu, aku masih berusaha menjadikan kota ini rumah keduaku.
Katanya, Jogja itu romantis. Benar atau enggaknya, aku masih ambigu. Pendapatku masih rancu. Aku belum mendapatkan sebercak jejak keromantisan di kota ini.
Mungkin belum.
Tapi, sejauh ini, aku menyukai Jogja. Membelah kota ini setiap hari selama enam bulan terakhir membuatku mulai menyebutnya rumah.
Tapi bagiku, rumah bukan sebuah tempat atau bangunan yang bertujuan melindungi kita dari hujan atau panas.
Bagiku, rumah lebih dari sekedar tempat berlindung.
Rumah adalah suasana.
Rumah adalah keadaan.
Rumah adalah perasaan nyaman.
Rumah adalah rasa aman.
Rumah adalah alasan untuk selalu tinggal.
Dan lucunya, aku merasakan semua hal itu padamu.
Kamu adalah rasa nyamanku. Kamu adalah rasa aman yang selama ini belum pernah kurasakan dimanapun.
Kamu adalah setiap alasanku untuk tetap dan selalu tinggal.
Kamu... adalah rumah.
Lucunya lagi, perasaan ini adalah perasaan baru buatku. Perasaan ini belum pernah kutemu. Dan betapa aku ingin perasaan ini tetap tinggal dan tidak berlalu.
Aku menyukai perasaan ini, entah apa namanya.
Dan setengah mati, aku berharap kamu juga merasakan yang sama
Kamu adalah rumah.
Aku ingin selamanya berada di rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar