Jumat, 18 April 2014

Avoid You. (Can I?)

Aku menuliskan entri ini sambil mendengarkan lagu-lagu Keane di albumnya yang berjudul Hopes and Fears. Iya, lagi-lagi Keane. Ada satu alasan tersembunyi yang selalu membuatku sedih setiap kali mendengarkan lagu-lagu Keane. Entah karena aku suka aliran alternative, atau lagu ini entah bagaimana caranya membuatku mengingat kamu. Ya, kamu. Kamu yang selalu tampak sehat dan baik-baik saja setiap kali kita bertemu di hari Sabtu. Kamu yang kukagumi, sampai-sampai aku menutup hatiku untuk lelaki lain. Kamu yang tampak begitu dekat, namun ternyata teramat jauhnya. Kamu yang pada akhirnya membuatku sadar, bahwa sebenarnya selama ini aku terlalu percaya diri akan anggapan bahwa kamu menyukaiku seperti aku menyukaimu.
Well, kamu boleh menyalahkanku dalam kasus ini karena aku mengharapkanmu terlalu tinggi. Agaknya aku cuma gadis umur 16 tahun yang selalu mengharapkan cinta di masa SMA. Dan kukira, cinta itu adalah kamu. Tapi ternyata aku salah. Cinta itu memang untuk kamu; dariku untuk kamu. Tapi nyatanya cinta itu bukanlah kamu. 
Pada awalnya kukira kamu juga menyukaiku. Pada awalnya kukira kita sama-sama suka. Tapi kamu tidak berbuat apa-apa untuk membuktikannya. Sampai akhirnya aku sadar bahwa sebenarnya, kamu tidak pernah menyukaiku. Oh, kalau boleh aku bertanya, dan kalau aku punya keberanian untuk bertanya, aku akan bertanya satu hal padamu; apakah benar bahwa kamu pernah menyukaiku? Karena dari caramu melirikku beberapa bulan yang lalu, ada sebagian dari diriku yang percaya bahwa kamu dulu sempat menyukaiku. Tapi perasaan itu terkikis karena kamu punya kepentingan yang jauh lebih penting daripada menyukai seorang gadis jelek sepertiku. Iya, kamu harus menatap masa depanmu. Kamu harus melanjutkan sekolahmu. Lalu mendapatkan gelar Dokter beberapa tahun kemudian.
Ini memang sepenuhnya salahku karena sudah mengharapkanmu terlalu tinggi. Awalnya aku berpikir bahwa kita bisa jadi pasangan yang lucu. Yang duduk bersama di gereja setiap hari Sabtu. Yang tidak banyak bertingkah karena sikap pendiammu. Yang membuat banyak orang menganga saat melihat kita bersatu... Namun hal itu tidak terjadi dan aku semakin bingung akan semua ini. Aku ingin sekali menyalahkan keadaan karena begitu terpaku padamu dan ogah melayangkan pandanganku pada cowok lain setiap melihatmu melintas. 
Tapi... apa semua ini salahku?
Baiklah, aku memang jelek dan buruk rupa. Aku tidak cantik dan tidak memiliki tubuh yang semampai. Aku ibaratkan selembar kertas yang biasa-biasa saja. Dan semua hal itu membuatku sadar bahwa mungkin... mungkin hal itu adalah faktor kenapa kamu tidak pernah mau membuat first move. 
Dan sekarang... setelah delapan bulan berlalu, aku yang sudah memutuskan untuk mundur dua bulan yang lalu, kali ini sedang mencoba menjauhimu. Aku mencoba untuk tidak menatapmu setiap hari Sabtu. Dan tebak apa? Aku tidak berhasil! Sedih rasanya. Its hard to avoid you even thats the right thing to do. 
Aku memang terlalu labil bila disandingkan denganmu. Kamu sudah sembilan belas, sudah matang dan punya masa depan yang cerah. Sedangkan aku baru enam belas, sama sekali belum dewasa dan selalu mengharapkan cinta di masa SMA-nya.
Mungkin aku akan tertawa beberapa bulan lagi karena sudah menulis ini. Tapi aku tidak bisa membendungnya lagi. Aku perlu meluapkannya jika tidak ingin menjadi gila.

Dan, well, inti dari semua ini adalah, aku tidak bisa melepaskan kamu dari otakku walaupun kamu sama sekali tidak peduli. Aku berusaha tidak peduli, tapi ternyata tidak bisa karena aku masih sering membuka semua akunmu dan memastikan keadaanmu.
Tapi aku sedang berusaha menjauhimu sekarang. Doakan aku supaya metode ini berhasil, ya. Pada dasarnya aku hanya tidak ingin melukai diriku terlalu dalam karena sudah menyukai orang yang seharusnya tak pernah kusukai. 
Tapi tenang saja. 
Aku masih menyukaimu dan selamanya aku akan peduli. Karena apa? Karena kamu adalah satu-satunya lelaki yang bisa membuatku gila hanya dengan tatapanmu. Karena kamu adalah satu-satunya lelaki yang bisa membuatku mengerti apa artinya mengagumi dari jauh; mengagumi tanpa dikagumi; mencintai tanpa dicintai. Dan, ya. Karena kamu adalah satu-satunya lelaki yang bisa membuatku jatuh cinta lagi dan lagi. 
Dan aku berjanji, aku tidak akan pernah menyalahkanku atau menyalahkanmu karena aku sudah terlanjur menjatuhkan cinta itu padamu.