Sabtu, 01 Agustus 2020

Turning 23 (Adulting and Dealing with Covid-19)

Birthdays will always be special to me.

Dulu mungkin aku selalu bilang; oh I stopped celebrating birthdays since I was 20 because shit happened during my birthday that year. Tapi sebenarnya aku tahu bahwa aku selalu senang dan semangat menyambut perayaan ulang tahunku di tanggal 25 Juli.

Aku menganggap ulang tahun adalah saat kita menjadi baru lagi. Kalau semua orang kebanyakan nulis resolusi pas tahun baru, aku lebih senang nulis resolusi per-ulang tahunku. Just like any other year, I always wrote thoughts on my mind before, during or short-after my birthday. Biasanya dimulai dari merefleksikan apa yang terjadi di suatu usia, dan lalu menuliskan impian dan harapan untuk tahun setelahnya.

Ok. Lets do this.

Tahun lalu aku merayakan ulang tahun dengan sangat gembira dan penuh cinta. I got a lot of presents. I got to spend days with my boyfriend before, during and after my birthday. We actually had a very memorable week that time. I felt so happy and super spoiled. Pada hari ulangtahunku tahun lalu, juga merupakan pertama kalinya doi ketemu keluargaku. It was so special and so nice to see them getting along.

Selama setengah tahun setelahnya, aku sibuk skripsi. Aku seminar proposal, penelitian, dan sidang akhir di semester yang sama. Bener-bener ngebut, kayak lagi marathon. Aku hampir bimbingan setiap hari kalau memungkinkan. Selalu sibuk dengan laptop di kamar, coffeeshop, perpustakaan dan nggak jarang di ruang tunggu bioskop. Pokoknya yang ada di otakku waktu itu cuma; aku harus lulus, aku harus sidang sebelum 2019 berakhir, dan aku harus lulus cumlaude. And I did it! Aku sidang tanggal 19 December dengan nilai skripsi A dan lulus Cumlaude. I was so happy that I tackled my own challenge. It was full of tears, hard work and sleepless nights to get that thesis done in less than 6 months.

Lalu aku wisuda di akhir Februari tepatnya di tanggal 29. Senang dan haru banget karena akhirnya lulus! Tapi poin plusnya adalah, I got to celebrate my graduation with my boyfriend! Kita memang berjuang skripsi bareng--bahkan dari awal pdkt, kita nantang diri kita masing-masing untuk lulus bareng. Dan ternyata tantangan itu berhasil dicapai. Kita lulus bareng dengan gelar Cumlaude, duduk di auditiorium  pake toga bareng dan bahkan duduk sebelahan sebelum salaman sama rektor. It was magical to me. Rasanya seneng banget bisa mencapai sebuah pencapaian bareng seseorang yang kita sayang, apalagi ketika kita berjuang untuk mendapatkan itu bareng-bareng. Gosh, I am so proud of us! Rasanya luar biasa sih jujur aja nih ye.

But then... he has to go back to Jakarta. Kuakui dia memang hebat banget karena udah dapet kerjaan tetap jauh sebelum kami lulus. Bangga banget karena dia bisa berprestasi dan lulus tepat waktu dengan jadwal kerjaan dia yang super padat. Sedangkan aku... aku belum dapet pekerjaan tetap waktu itu. Jadi, aku kembali ke rumah orangtuaku di Cilacap untuk sementara waktu sampai kami bisa ketemu lagi di Jakarta saat aku udah mendapatkan pekerjaan tetap nanti.

Rencanaku hanya menetap satu bulan di kota tempat aku dilahirkan. Selama itu, aku kerja freelance dan dikontrak sama Google Indonesia! Jujur nggak nyangka banget bisa kerja untuk Google. It was a 6-month contract with Google for Bangkit Academy Program. Sambil kerja sebagai freelancer, aku tetap mencari pekerjaan full-time seperti biasa, dengan harapan bisa cepat pindah ke Jakarta di akhir bulan Maret.

Tapi, semua nggak berjalan semulus itu.

Corona Virus aka Covid-19 invades the world. Si virus terlambat nyampe Indonesia di bulan Maret 2020. All of my plans seemed to just... disappear. Lock-down. Quarantine. Not going anywhere. Not be able to go outside. Not be able to see everyone outside my house. Not moving to another city. Not doing things I want. Too risky to do normal things we used to do.

Ekonomi mulai melemah. Kecemasan menyebar dimana-mana. Banyak yang kena PHK. Kasus positif makin hari makin meningkat. Banyak perusahaan nggak buka lowongan. Usaha masyarakat nggak beroperasi. Dan semua jadi kayak nggak ada harapan lagi. It was a very stressful time for me because things are going not in the way I wanted it to be. Tapi aku masih berusaha untuk daftar sana-sini, melamar di semua portal job, berharap bisa dapat panggilan.

Aku jadi pemarah banget. Serba emosional. Sering nangis. Khawatir berlebih sampai harus minum obat penenang beberapa kali. Hubunganku dan pacarku tidak berjalan begitu baik. Ditambah lagi, aku belum dapat pekerjaan yang bisa membuatku pindah ke Jakarta. Kangen dan berharap setiap hari aku bisa melihat dia. Aku ditolak oleh perusahaan impianku. Bahkan juga ditolak oleh 2 perusahaan yang kudambakan di hari yang sama. Haduh, hancur banget sih rasanya. Aku nggak berhenti menyalahkan keadaan. Nggak berhenti nyalahin diri sendiri juga, kenapa aku nggak dari habis sidang cari kerjanya dan malah santai aja sampai wisuda dengan dalih istirahat?  Aku selalu denial kalo semua ini terjadi, dan berpikir bahwa ini hanya mimpi buruk berkepanjangan.

Tapi ini bukan mimpi buruk, ini kenyataan yang harus dijalani. It came to my realization that I cannot control this. I cannot control the world. I cannot control what revolves around me. But I can control how I react to it. So then... I began to accept everything, to find peace within myself, and to always try my best on things that I can control. It changes me since then. I became less-stressful and slightly happier. I burried myself in workouts, books and Netflix.

And then by the end of June, right after my contract with Google has ended, I got an offer to work on a technology company based in Jakarta. It's not a full time employment. I'm still considered as an intern. I have no idea if they will take me as a full-time worker later on though. And nope--I haven't moved until now, I am still working from home and have no clue when will I actually move there. But I know I will. I am moving there as fast as I could imagined. I am still applying jobs here and there also!

Yaudah, jadi itu summary buat umur 22-nya. Hahaha.

This year, I celebrated my birthday with my Mom. Just the two of us.
She gave me a birthday cake and donuts! We ate noodles twice that day for a long life. And then I had a video call with my bestfriends at night. It was simple. But I still like it. It's still meaningful. It's still special.

Harapanku di usia 23 tahun?
1. Get a proper, full-time job and move to Jakarta before September ends
2. GREAT SALARY PLZ THANK U
3. Stronger and braver
4. Be a healthier me, both mind and body
5. Continue my weightloss journey and achieved my goal-weight (I've lost 9 kgs during Quarantine!)
6. Send my Mom and my sister's pocket money every month
7. Read more self-improvement books
8. More meditation and self-reflecting time on my journal
9. Be able to help others with what I have
10. Please just let me have a getaway or a holiday to somewhere beautiful (I! Fucking! Deserve! It!)

Udah gitu aja.
Pengen bisa jadi versi terbaik dari diri sendiri dan bisa berbagi sama orang lain. Pengen supaya hidup ini bisa bermakna dan berguna untuk orang lain dan orang-orang di sekitarku.

Aku percaya bakal terwujud sih.
Impian yang ditulis punya 42% kesempatan bisa terkabul lebih cepat loh, FYI aja.
Jadi mari kita aminkan.

Ada amin saudara-saudara?
Amin.