Sabtu, 24 Oktober 2015

Second Choice, Back-up Plan

Lucu juga sih sebenernya kalau baca judul dari entri ini. Kenapa lucu? Karena selama hidup kayaknya aku nggak pernah jauh-jauh dari kata-kata tersebut. Pilihan kedua, rencana cadangan. Duh, menyedihkan banget, ya? 
Aku tau aku adalah seseorang yang punya self-esteem lumayan rendah, karena pada dasarnya aku suka dibanding-bandingkan dengan beberapa orang lain. Lalu diperparah dengan keadaan dimana aku harus selalu jadi yang nomor 2, entah di lingkungan manapun. Aku nggak mau menyebut kalau hidup itu nggak adil, tapi agaknya hidup ini yang begitu pelik dan susah untuk dipahami. 
Dan sekarang, saat aku melihat kamu, yang ada di bayanganku adalah betapa egoisnya aku. Betapa tamaknya aku. Betapa rendah dan menjijikkan aku yang sebenarnya. Aku sudah tau bahwa nggak seharusnya aku begitu lemah, dan aku memang sudah tau bahwa aku salah. Tapi kenapa rasanya sakit banget ya, untuk lagi-lagi jadi prioritas kedua? Kenapa setiap kali aku punya perasaan untuk seseorang nggak pernah ada yang lancar, lurus-lurus... dan normal. 
Salah ya, kalau aku punya perasaan ini dan berharap kamu jadi seseorang yang bisa aku ceritakan ke orang-orang? Salah ya, kalau aku menyukai kamu? Kalau mau menyenangkan diri sendiri, aku akan menjawab bahwa aku nggak salah, tapi keadaan. 
Keadaan saat ini yang salah.
Second choice.
Back-up plan.
Duh, aku sudah capek dengan kata-kata itu. 
Can I have someone who always chooses me everyday and not to think twice about it, please?