Selasa, 24 Juli 2018

A Day Before 21



Selasa, 24 Juli 2018

Setelah sekian lama nggak update di blog, akhirnya aku berhasil update lagi. Yay!
Seperti biasa, seperti tahun-tahun sebelumnya, aku selalu mengusahakan untuk nggak absen menuliskan apa yang aku pikirkan satu hari sebelum aku berulangtahun. It's a tradition for my own self, semoga tradisi ini akan terus berlanjut sampe seterus-terusnya. 
Well... what to begin with? Hahaha, sampe bingung. Yang jelas, aku baru aja menyelesaikan KKN-ku selama sebulan. Entri tentang jurnalku selama 30 hari di pedalaman Gunung Kidul ada di bawah entri ini persis; feel free to read it! 

Today is 24th of July, hari terakhir aku berusia 20 tahun, karena besok di belakang angka duanya udah ditambah angka satu. Well for me, 20 tahun adalah usia yang sangat sangat membuatku mulai menyadari siapa diriku sebenarnya. Masih a long way to go to recognize who I am sih sebenarnya, but there will always time to begin with, right? 
Anyway, 20 tahun adalah usia yang buat aku mulai menghargai apa yang ada di sekitarku. Apa yang aku punya, apa yang aku capai, dan apa yang membuatku terus jadi orang yang selalu fokus dan determined. Walaupun hampir tiap hari stress dan hectic parah, aku mulai menyukai dan mencintai Shela yang nggak bisa dan nggak mau berhenti, yang susah banget diem.

Dipercayakan untuk memimpin Himpunan Program Studi Ilmu Komunikasi, jadi student buddy for international studnets, diberi amanah untuk jadi head of steering committee-nya event terbesar di fakultas, bisa menjabat jadi student staff di kantor internasional kampus, bisa ke China untuk exchange winter camp, adalah beberapa hal yang mungkin jadi highlight cerah di usiaku yang ke-20. Tapi lebih dari itu, di usia ini, aku banyak belajar caranya menjadi seseorang mau mendengar, mau memahami segala sisi, dan mau mengalah. Aku belajar banyak dengan bertemu orang-orang baru yang dalam kejapan mata langsung menjadi keluarga, membuka tanganku lebar-lebar untuk menjangkau mereka, sekaligus menjadi pemimpin yang selalu ada.
Aku belajar untuk keep my own sanity dengan selalu fokus akan tujuanku sendiri walaupun harus selalu dituntut untuk jadi panutan, jadi seseorang yang selalu dilihat, dengan berbagai permasalahan yang terus datang, sampe kayaknya nggak berhenti-berhenti. The hardest part is probably untuk melakukan semua hal itu dengan ikhlas, tanpa mengharapkan apapun in return. To always be kind, to others and to myself.
20 tahun banyak stressnya, banyak sleepless nights, banyak nangis karena capek, tapi anehnya aku nggak menyesali apapun yang terjadi.

Belakangan, selama beberapa hari terakhir, aku mulai banyak merenung. Mau kemana habis himpunan selesai kupimpin? Mau ngelakuin apa waktu magang dan skripsi? Sebagai anak beasiswa, bisa nggak aku lulus tepat waktu? Bisa nggak ke luar negeri lagi tahun ini? Mau jadi apa aku sehabis aku lulus? Well yes, aku masih ada dalam proses mencari jati diri yang belum sepenuhnya kutemukan sambil terus berusaha living my life supaya nggak auto pilot, supaya nggak stagnan.
I always have this urge to learn. Aku pengen terus belajar. Aku pengen mengembangkan ini-itu, aku pengen melakukan sesuatu yang bisa aku lakukan selagi masih muda. I’m willing to learn new things. 
From what I know, kemarin, aku sempat menyimpulkan beberapa hal:

I know a lot  of people, but not all of them are my friends.
I like being alone, but I always treasure my time with my family and my best friends.
I like being surrounded by a lot of people, but to regain my energy I have to spend time with my own mind
I am a very determined person, but that doesn’t mean I’m greedy.
It’s so easy to talk to me, because I’m seriously an open book.
If people hurt me once, it’s so hard for me to forget the pain they caused.
I forgive people so easily, but being back to what it used to be is quite impossible for me.
I’m selfish, but I’m trying my best to put people who I love first.
I love to write, and I want to publish my book someday.
I want to pursue my career with singing and MC-ing, but I don’t know what or where to begin.
Pain is what makes me motivated, but I hate being hurt.

Dan dari a little bit of those clarity, muncullah beberapa goals yang pengen aku capai untuk satu tahun ke depan, di usiaku yang ke-21. 
Sebenarnya, aku bukan orang yang suka mengumbar-umbar mimpi, aku lebih suka menyimpannya sendiri. Tapi biarlah, disini aku akan menuliskan beberapa goals yang pengen aku capai untuk jangka waktu setahun kedepan:

1. 21 year old Shela will not stress over a small or silly things.
2. 21 year old Shela will always put people first, especially family.
3. 21 year old Shela will go abroad twice
4. 21 year old will learn new language
5. 21 year old Shela will learn new instruments
6. 21 year old Shela will write more, more and more.
7. 21 year old Shela will find a new hobby
8. 21 year old Shela will sing and MC-ing a lot
9. 21 year old Shela will live her life to the fullest. 



Banyak ya? No probs, I'll stick to my list and read them over and over to remind myself that I have to do so many beautiful and useful things while I'm being 21.

Dua dekade plus satu tahun untuk seorang Brigita Shela.
Di usia ini, anak-anak seusiaku sudah banyak yang menikah, banyak yang  sudah punya buntut, ada yang mungkin baru aja menyelesaikan SMA, ada yang udah sukses dan hidup mandiri, dan pasti banyak juga yang sudah menemukan jati dirinya sendiri.
Tapi aku, di usia yang baru menginjak 21 tahun ini, nggak mau muluk-muluk. Aku mau jadi Shela, dengan segala aktivitas dan rutinitas yang ada. Shela yang apa adanya, yang gampang dibuat bahagia over the small and simplest things.

I have this sort of excitements because 21 is a legal age to do whatever people wants, but I’m also very nervous to step into my adult phase. But here we go. I’m ready.
Cheers to being 21!


x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar